Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater!
Yah itu slogan yang ada di kampus ITB, namanya Salam Ganesha. Dan jujur aja, gua suka merinding kalo itu dibacain secara lantang, karena itulah yang menjadi inspirasi gua dalam hidup. Yaa tapi karena gua bukan anak ITB, jadi ga 100% gua amalin bulet-bulet slogan itu wkwk, almamaternya sedikit gua geser jadi sesuatu yang lain.
Ngomong-ngomong soal slogan itu, gua jadi kepikiran salah satu pertanyaan yang mendasar banget di dalam hidup. Biasanya, manusia nyimpen 3 pertanyaan besar dan mendasar: dari mana kita berasal? Ke mana kita akan pergi? Dan bagaimana seharusnya kita menjalani hidup? Yaa ga semua pertanyaan filsafat sama dengan yang gua sebutin ini sih, banyak versinya. Tapi, gua mau bahas tentang “bagaimana” nya aja, mumpung menurut gua pertanyaan itu berhubungan dengan slogan yang di awal udah gua sebut, yaitu Salam Ganesha.
Salam Ganesha ini dalam pandangan gua ajib banget untuk menyadarkan diri gua, sebenernya gua idup untuk apa sih? Kenapa gua mesti idup? Dari sekian banyak kemungkinan orang lain untuk hidup menggantikan posisi gua sekarang gituloh, kenapa mesti gua? Apa yang sebenernya Pencipta gua mau untuk gua lakuin disini? Gua tipikal orang yang sering bingung soal nentuin jalan idup, mana di keluarga juga gua dan abang-abang gua dibebaskan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri asal ga menyimpang dari ajaran Islam (bahasanya ya lu jangan ngimpi jadi kriminal, gitu aje). Dan gua itu juga orang yang banyak maunya, tapi terjadi dalam satu waktu gitu. Gua pengen pinter di bidang A, di bidang B, bidang C, dalam waktu bersamaan. Alhasil, yaa sering nemuin buntu, bingung, dilema, karena menurut gua semuanya baik gitu. Naah, ketika dalam kebingungan itu, yang terjadi adalah gua lebih banyak diemnya hehe, ga ngelakuin apa-apa.
Disitulah salam ganesha itu muncul wkwk, menyadarkan gua akan tujuan gua itu mau ngapain, yang membuat semuanya menjadi lurus lagi.
Untuk Tuhan
Dari pilihan-pilihan itu, mana sih yang Allah lebih ingin gua capai terlebih dahulu? Yaa karena hati gua ngomong kalo semua yang gua dapetin, gua pelajarin, memang harus gua abdikan hanya untuk-Nya, maka gua kembalikan lagi kepada-Nya. Semua amal gua gaboleh gua niatin selain kepada-Nya. Kalo bisa pun, setiap helaan napas gua, ga boleh terbuang sia-sia untuk yang lain, semata-mata hanya gua tujukan helaan napas ini kepada-Nya. Yaa meskipun gua belum sampe tahap itu sih, masih banyak maksiatnya yang notabene itu mengingkari nikmat-Nya dan seakan-akan mendurhakai-Nya. Tapi yaa itulah falsafah hidup yang menjadi penguat diri gua selama ini, disaat gua lagi lemah, lesu, capek, mumet, kek “gua ngapain sih ngelakuin ini semua” disitu kesadaran gua kembali muncul, “Oh iyaa, ini semua bentuk pengabdian gua untuk-Nya.”
Gua percaya bahwa gua harus berguna untuk orang lain karena Tuhan gua mencintai hal itu, maka yaa gua ingin berguna dengan apa yang bisa gua lakukan, dengan segala sifat yang Allah berikan, dengan segala kapasitas diri yang terbatas ini bisa kerjakan, simpel. Segala titipan yang Allah berikan ke gua yaa gua rasa harus gua pakai untuk mengabdi kepada-Nya, sampe pada titik dimana gua emang harus pulang. Itu yang gua maknai dari kalimat “Untuk Tuhan” dalam salam ganesha tadi. Yaa kalo untuk Bangsa sih udah jelas itulah ranah tempat gua mengabdi, tempat gua untuk memberikan sumbangsih terbaik kepada masyarakat. Maka secara langsung, itu udah sepaket. “Untuk Tuhan, Bangsa, dan …” hehe. Yang satu lagi ga bisa gua ketik disini karena sangat bersifat personal, mungkin kalo gua udah dapet hidayah untuk ngetik khusus hal yang terakhir itu.
Gua sering nyinggung soal kemerdekaan di tulisan-tulisan gua yang lain, dan inilah maksud dari kemerdekaan bagi gua, merdeka untuk hidup hanya untuk-Nya, untuk tunduk pada-Nya, dan ga takut dengan hal lain selain kepada-Nya, Sang Zat Yang Tak Terikat oleh apapun bahkan oleh ruang dan waktu, Zat yang Berdiri Sendiri, Independen, dan Maha Kuasa atas segalanya. Falsafah ini juga tertuang dalam kata-kata Soekarno di Sasangka Jati, dan udah sering juga gua share deh, bunyinya gini:
Saya adalah manusia biasa
Saya tidak sempurna
Sebagai manusia biasa, saya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan
Hanya kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa, itulah dedication of life ku
Jiwa pengabdian inilah yang menjadi falsafah hidupku, dan mengkhidmati serta menjadi bekal hidup dalam seluruh gerak hidupku
Tanpa jiwa pengabdian ini saya bukan apa-apa
Akan tetapi, dengan jiwa pengabdian ini, saya merasakan hidupku bahagia dan manfaat
Gua nulis ini karena rasa-rasanya sangat rawan bagi gua, dan mungkin lo juga, untuk kehilangan tujuan ketika lagi ngelakuin sesuatu, untuk rela menderita demi sesuatu yang lagi diusahakan. Di tengah jalan, ga jarang gua kehilangan semangat, ilang arah, dan semacamnya. Yaa dengan mengingat tujuan kita yang sebenarnyalah yang akan selalu menjadi penguat untuk ngejalanin idup yang kadang kiding ini. Tulisan ini keknya emang bersifat personal banget, dan yaah harapannya bisa jadi pengingat bagi semua yang baca untuk selalu tau “ngapain sih gua ini?” “apa coba tujuan gua ngelakuin ini?” dan lain sebagainya.
Dan untuk yang muslim/ah, gua saranin untuk baca ulang doa iftitahnya sembari dihayati, dan selamat bernangis ria ketika lo sudah menyadarinya .. 😊